Rabu, 25 November 2009

Rian D'Masiv, Dulu Solskjaer Sekarang Park

Yulia Dian - detiksport


Jakarta - Sebagai seorang penggemar berat Manchester United, vokalis D'Masiv, Rian Ekky Pradipta, mengaku amat menggemari Ole Gunnar Solkjaer. Lalu, kalau kini ia berubah haluan menjadi fans Park Ji-Sung, apa sebabnya?

Diakui oleh Rian, ia memang telah bergelut dengan dunia sepak bola sejak ia masih kecil. Namun cedera serius membuatnya trauma sehingga memutuskan untuk berhenti bermain di lapangan hijau.

"Dulu waktu kecil aku main bola, tapi terus patah tulang jadinya trauma. Waktu itu sempat gabung di Indonesia Muda. Waktu masih SMP sempat ikutan seleksi timnas," ujarnya dalam percakapan di telepon dengan detikHot.

"Hampir mau masuk sekarang ngeri-ngeri gitu kalau mau main bola serius lagi. Kecelakaan waktu itu tahun 2002, sekarang masih bisa main sih tapi fisiknya nggak bagus, trauma aja."

Mengenai ketertarikannya dengan MU, personel dari band yang namanya tengah melambung ini menyebut berawal dari tahun 1999. Kala itu The Red Devils keluar sebagai juara Liga Champions dengan Solskjaer sebagai pahlawannya.

"Dari zaman dulu aku dukung MU. Dia juara Champion 99, suka aja. Waktu kecil pemain idolaku Ole Gunnar Solskjaer, pemain Norwegia. Sekarang sih Park Ji-Sung. Selain dari asia, dia kan orang Korea tuh, dia pemain MU yang jago banget, mainnya fokus," bebernya.

Lalu kalau MU menghadapi pertandingan besar, seperti halnya final Liga Champions akhir Mei nanti, apakah Rian akan ikut melakukan taruhan? "Nggak sih, taruhannya paling taruhan mijet sama anak-anak D'Masiv aja," pungkasnya.

Kisah Sedih d'Masiv

D'Masiv Ngamen untuk Biaya Ngeband Inilah salah satu band baru yang sedang naik daun. Berformasi Rian, Kiki, Rama, Wahyu , dan Rai, D'Masiv cukup matang di arena festival band. Meski untuk itu, band yang lahir pada 3-3-2003 ini harus banting tulang mencari uang pendaftaran. Kini mereka telah memetik hasilnya, tekad yang kuat bisa menyingkirkan segala rintangan. Awalnya nama band kami bernama Massive, karena artinya sesuatu yang besar.
Nama juga kan, sebuah doa. Dari awal berdiri, kami langsung bergerilya dari satu festival musik ke festival musik lainnya. Ini dilakukan untuk mengasah kemampuan, sekaligus mengenalkan band pada khalayak musik. Saking seriusnya bermusik, kami membuat target, seminggu paling sedikit ikut 1 festival. Untuk biaya pendaftaran, tentu saja kami patungan. Tapi, kalau semua personil sedang tak punya uang, kami pun tak segan-segan mengamen naik turun bis kota. Metromini jurusan Ciledug-Blok M adalah bis langganan kami. Mulanya deg-degan juga.

Paling grogi saat harus bicara pada para penumpang bis, sebelum mulai beraksi.Saking seringnya ikut festival, kami kerap bolos sekolah. Mulanya, pihak sekolah mempertanyakan. Tapi setelah tahu kegiatan kami positif, akhirnya kami diizinkan tak masuk kelas tiap ada festival. Kadang, untuk 1 festival, kami bolos sampai 2 hari.Tak hanya pihak sekolah yang mulanya kurang menunjukkan dukungan. Orangtua kami pun mulanya merasa ragu. Apalagi saat kami mulai menunjukkan keseriusan di musik dan memilih tak melanjutkan kuliah dulu. Di mata orangtua, dunia musik tak menjanjikan masa depan yang cerah. Padahal, bakat seni yang mengalir di diri kami, mereka yang wariskan, lo.

Misalnya saja Rian yang bernama asli Rian Ekky Pradipta. Sejak kecil Rian yang kelahiran 17 November 1986 ini sudah dicekoki musik oleh Ayahnya yang adalah pemusik. Dari umur 3 tahun, Rian sudah sering dibawa naik-turun panggung. Kala itu, Rian kecil yang cengeng dan sangat takut pada tikus, tak canggung melompat-lompat di atas panggung mengikuti musik rock 'n rol yang dibawakan sang Ayah yang sering manggung di berbagai kafe. Suara emas Rian pun sudah terlihat sejak usia dini. Meski kemampuan menyanyinya baru diakui setelah duduk di bangku SMP, tapi dari kecil Rian kerap memenangi lomba Adzan dan lomba baca Al Quran, selain juga berprestasi di bidang akademis

Melebihi sang kakak, Rian, prestasi Kiki di bidang akademis luar biasa menonjol. Sedari kecil, Kiki yang punya nama lengkap Dwikky Aditya Marsall ini dikenal sebagai anak pandai yang pendiam. Dari usia TK, Kiki selalu menuai pujian para guru. Kiki selalu mendapat rangking 1. Saking pintarnya, Kiki sampai-sampai pernah mendapat beasiswa dan ditawari untuk loncat kelas. Namun soal musik, Kiki kecil kalah dibanding sang kakak. Kala itu bakat musik Kiki memang belum terlihat. Tapi tak berarti Kiki tak punya kiprah sama sekali. Selain sempat merasakan jadi juara lomba Adzan, Kiki yang kelahiran Yogyakarta, 21 November 1988 ini pun pernah bergabung dengan grup qasidah di sekolahnya.

Koki Ngeband Bakat musik yang besar dari usia dini justru ditunjukkan oleh Nurul Damar Ramadhan alias Rama. Dari kelas 3 SD, Rama sudah tergila-gila pada musik. Sang kakak tertualah yang mengenalkan Rama pada dunia satu ini. Selain mengajari main musik, sang kakak juga sering mengajak Rama kecil menonton konser grup band besar seperti Gigi dan Slank.Karena dasarnya memang berbakat, sejak kelas 4 SD, Rama sudah diterima bergabung dalam grup band yang personilnya sudah duduk di bangku SMA dan kuliah. Melihat keseriusan Rama, orang tuanya pun memberi izin. Apalagi, sejak kecil Rama adalah anak yang baik dan penurut. Saking baiknya, Rama jarang sekali menyusahkan orang tuanya. Kalau ingin membeli sesuatu, Rama yang lahir di Jakarta, 2 Mei 1987 ini memilih menabung uang jajannya. Jika telah lama menabung tapi uang yang terkumpul belum cukup, baru deh, Rama minta bantuan orangtuanya. Tak hanya jadi anak baik di rumah, di sekolah pun Rama jadi tauladan berkat prestasi akademis dan kegiatannya di pramuka.

Sementara Wahyu alias Wahyu Piaji, terkenal pemalu dan pendiam sedari kecil. Wahyu bocah amat jarang bergaul. Teman bermainnya bisa dihitung dengan jari. Di dalam kelas, paling Wahyu ngobrol dengan teman sebangkunya saja. Hal ini terus berlanjut hingga SMP, bahkan SMA. Berantem atau tawuran, tak ada dalam kamus pria kelahiran 1 Februari 1987 ini. Tapi jangan tanya bakat musiknya. Kelas 6 SD Wahyu sudah bergabung dengan sebuah band.

Nah, di antara 5 personil Massive, Rayyi Kurniawan lah yang bakat musiknya paling akhir muncul. Rai kecil lebih tertarik dengan olahraga beladiri daripada berkesenian. Mengikuti jejak sang kakak, Rai aktif di pencak silat. Rai yang kelahiran Jakarta, 3 Maret 1988 ini adalah bocah yang ambisius. Kalau melihat anak tetangga punya mobil-mobilan baru, Rai akan menuntut yang lebih bagus pada orang tuanya. Kalau tak dikabulkan, Rai akan ngambek. "By Asep Masive"

D'Masiv - Menuju Nirwana (2006) Full Album (Download)

Sebelum terkenal seperti sekarang, D'Masiv pernah mengeluarkan album dengan nama Massive. Grup yang terdiri dari Rian (vokal), Kiki (gitar), Rama (gitar), Rai (bass), dan Why (drum) ini mengeluarkan album berjudul Menuju Nirwana pada tahun 2006 yang diproduksi oleh Malta Music Indonesia.

Lagu Jalani Saja menjadi lagu andalan di album ini. Apa bedanya antara musik D'masiv dulu dan sekarang? Simak saja dan bandingkan sendiri.

Berikut adalah link-link Download D'Masiv menuju Nirwana (2006) plus lagu2 terbaru di album terbaru (2009), terima kasih untuk mendownload lagu berikut (tetap beli kaset dan cd yang asli agar band tersebut tetap bisa berkarya):

Album Menuju Nirwana 2006
`01 D'Masiv - Jalani Saja
`02 D'Masiv - Ironis
`03 D'Masiv - Alinda
`04 D'Masiv - Begitu Sempurna
`05 D'Masiv - Tahta Terbaik
`06 D'Masiv - Katakan Terus Terang
`07 D'Masiv - Takjub
`08 D'Masiv - Menuju Nirwana
`09 D'Masiv - J.B.S.T (Jangan Biarkan Semakin Tenggelam)
`10 D'Masiv - Syair Dunia

Album 2009
Dmasiv-Jangan menyerah.mp3
Dmasiv-Semakin.mp3
Dmasiv-Lelaki pantang menyerah.mp3
Dmasiv-Pelampiasan hasrat.mp3
Dmasiv-Tak tersentuh.mp3
Dmasiv-Perih.mp3
Dmasiv-Akhirnya kumenemukanmu.mp3

Jumat, 13 November 2009

Mini Album D'Masiv Tak Sengaja Mellow

JAKARTA - Mini album yang berisi dua lagu D'Masiv semakin melekatkan predikat band tersebut sebagai band mellow. Namun menurut Musica Record yang menjadi produser D'Masiv, pemilihan karakter lagu hanya mengikuti keinginan pendengar.

"Sebenarnya kita hanya mengikuti keinginan pendengar yang ada di radio-radio dan penggemar D'Masiv. Mereka kebanyakan sukanya lagu-lagu D'Masiv yang mellow, sehingga grup ini mendapat julukan baru, band metal alias mellow total," jelas produser Musica, Ibu Achin di FX, Sudirman, Jakarta, Rabu (15/7/2009).

Ibu Achin yakin, anak-anak asuhannya tetap kreatif menciptakan lagu di luar lagu-lagu mellow. "Saya yakin mereka bisa menghasilkan karya di luar lagu mellow," imbuhnya.

Dikeluarkannya minia lbum D'Masiv, menurut Achin, untuk menjembatani sebelum merilis album berikutnya. Dengan karakter lagu mellow dan lirik yang lebih religi, dia tidak menepis anggapan minia lbum ini sengaja dikeluarkan menjelang Ramadan.

"Sebenarnya ini bisa dibilang jembatan untuk album baru D'masiv nanti karena syairnya memang pas menjelang puasa. Jadi, bukan dipaksakan," tegasnya.

Sementara, vokalis D'Masiv, Ryan, menuturkan bahwa mereka awalnya tidak berniat membuat lagu-lagu mellow.

"Tidak, tidak sengaja. Semuanya berjalan begitu saja dan kebetulan yang mendengarkan lagu-lagu kita memang suka lagu mellow," ungkapnya.

Selain itu, kata Ryan, di album selanjutnya D'Masiv akan lebih kreatif menciptakan lagu dengan variasi beberapa aliran musik.

"Kita enggak bisa dibilang spesialis lagu mellow. Di album selanjutnya, kita coba variasi yang lebih banyak," janji Ryan.(nov) (uky)

D'Masiv Luncurkan Mini Album Jelang Ramadhan

(Foto: Facebook)

JAKARTA - Grup band D'masiv meluncurkan mini album yang berisi dua lagu berjudul 'Mohon Ampun Aku' dan Jangan Menyerah'.

Vokalis D'masiv Rian menuturkan proses pembuatan mini album ini sangat singkat. "Dua lagu dalam album ini temanya pas untuk bulan Ramadhan," kata dia di Club 01 FX Senayan, Rabu (15/7/2009).

Rian menceritakan, dua lagu yang dikemas dalam cakram padat tersebut bukanlah album religi. "Ini bukan album religi. Tapi special edition," katanya.

Sedangkan lagu Mohon Ampun Aku yang ada di dalam album inilah yang bernuansa relgi. Menurut Rian, lagu ini hanya ingin mengajak untuk cinta tidak hanya kepada lawan jenis dan sesama manusia, tapi juga mencintai Tuhan.

"Terutama kadang kita nggak sadar buat salah dan kita ingin lagu-lagu ini tidak hanya didengar di saat bulan puasa saja. Mengingat Tuhan kan tidak hanya di bulan puasa, tapi bisa kapan saja," tukas Rian.

Sedangkan, album baru masih dalam proses penggarapan dan baru akan diluncurkan pada November mendatang.

"Kalau album baru kita nanti akan keluar bulan November," ujar Rian.(nov)

D'masiv

D'Masiv
merupakan sebuah grup musik asal Indonesia yang berdomisli di Jakarta. Anggotanya berjumlah 5 orang yaitu Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwiki Aditya Marsall (gitar), Nurul Damar Ramadhan (gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan Wahyu Piadji (drum). Nama D'Masiv belakangan disejajarkan dengan band-band papan atas Indonesia seperti Ungu, Nidji, atau Peterpan karena popularitas lagu-lagu mereka.

Sejarah
D'Masiv pertama kali dibentuk pada 3 Maret 2003. Nama d'Masiv sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris "massive" sebagai semacam pengharapan agar bisa meraih hasil sebaik mungkin di kancah musik nasional. Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangkan kompetisi musik A Mild Live Wanted pada tahun 2007. D'Masiv akhirnya merilis album pertama mereka berjudul "Perubahan" pada tahun 2008 dengan lagu "Cinta Ini Membunuhku" sebagai lagu andalannya. Lagu ini sangat populer sehingga semakin melambungkan nama mereka di kancah musik nasional. Di akhir tahun 2008, D'Masiv membuat wadah perkumpulan bagi para penggemarnya dengan nama Masiver.[1]

Di tahun 2009, D'Masiv merilis mini album baru yang berisi 2 buah lagu berjudul "Mohon Ampun Aku" dan "Jangan Menyerah". Menurut Rian, vokalis d'Masiv, proses pembuatan mini album ini sangat singkat dan dirilis untuk menyongsong bulan Ramadhan yang jatuh pada pertengahan bulan Agustus 2009.[2] Mereka juga berencana meluncurkan album kedua pada bulan November 2009. [3]

Kontroversi

Sampul album d'Masiv (atas) yang dituduh menjiplak sampul album Aerosmith (bawah).

D'Masiv sempat diberitakan sebagai penjiplak karya musik band lain. Kredibilitas Anugerah Musik Indonesia Ke-12 tahun 2009 pun sempat diragukan hanya karena memasukkan nama band ini sebagai salah satu unggulan peraih penghargaan Artis Pendatang Baru Terbaik. Anggota Dewan Pengarah AMI Seno M. Hardjo bahkan mengatakan pihaknya kecolongan dengan masuknya D’Masiv.

Beberapa dari lagu yang dituduh menjiplak tersebut di antaranya adalah lagu berjudul Dilema yang dianggap mencontek hampir semua bagian dari lagu Soldier’s Poem yang dibawakan band populer asal Inggris, Muse. Lagu Dan Kamu dianggap menjiplak Head Over Heels (In This Life) milik band Switchfoot asal San Diego, Amerika Serikat. Lagu Switchfoot lainnya yang berjudul Awakening juga dianggap dicontek intro dan ketukan ritmenya dalam lagu Diam Tanpa Kata. Intro lagu Luka Ku sendiri dianggap sangat mirip dengan Drive-nya Incubus, sementara intro lagu Cinta Sampai di Sini dianggap persis dengan intro lagu Into The Sun milik band Lifehouse dari Los Angeles, AS. Semua lagu itu ada di album perdana D’Masiv yang berjudul Perubahan. [4] Belakangan, muncul lagi berita bahwa lagu terbaru D'MasivJangan Menyerah menjiplak lagu Muse yang berjudulFalling Away With You.[5]

Tidak hanya lagu-lagu mereka yang disorot menjiplak hasil karya orang lain. Sampul album pertama D'Masiv yang berjudul "Perubahan" juga dituduh meniru salah satu sampul album dari band Aerosmith (lihat gambar). [6]

D’Masiv sendiri menolak semua tudingan bahwa mereka adalah band plagiator yang hanya bisa menjiplak lagu musisi lain. Dalam jumpa pers yang digelar di Hard Rock Cafe Jakarta pada tanggal 1 April 2009, vokalis Rian mengaku dia dan grupnya hanya terinspirasi lagu-lagu dari musisi luar seperti Muse, Switchfoot, dan Incubus. [4] Di waktu yang lain, ia juga mengatakan bahwa pendapat yang mengatakan bahwa grup musiknya menjiplak lagu orang lain hanya sebatas pro-kontra menyusul naiknya popularitas mereka dan tuduhan itu berasal dari orang-orang yang tidak bisa membuat lagu sehingga ingin menjatuhkan mereka. [5] [3]



Kamis, 12 November 2009